Suatu Hari, Ketika Kemiskinan Telah Di Museumkan

Diposting oleh Gamping Mengidul di 18.01
[caption id="attachment_142" align="alignleft" width="150" caption="koperasi kelapa"]koperasi kelapa[/caption]

Suatu pengalaman yang tak pernah terlupa dalam ingatanku, ketika harus mendampingi warga Petanahan, Kebumen, Jawa Tengah, dalam membangun koperasi dan bisnis pengolahan kelapa terpadu selama dua bulan. Koperasi yang mengolah kelapa menjadi asap cair, cocofiber, cocodust, virgin coconut oil atau VCO, dan nata de coco.

Dua bulan bukanlah waktu yang panjang, terasa sangat singkat. Pada bulan pertama kami sangat kesulitan mengajak warga untuk berbisnis. "Apa yang menjadi permasalahan?". "Tidak ada modal", pertanyaan dan jawaban klasik tentunya. Persoalan klasik ini selalu membelit warga, mengapa demikian? Menurut saya adalah warga masih takut untuk berinvestasi pada sesuatu yang baru, mereka takut akan resiko yang harus ditanggung bila gagal. Bagai mana cara mengajak warga ikut berbisnis. Saat itu kami hanya memiliki uang 1,5 juta.

[caption id="attachment_143" align="alignleft" width="150" caption="Foto by : koperasi Sun Coco"]penjualan nata decoco[/caption]

Yang terbersit dalam benak kami saat itu adalah nama Muhammad Yunus dari Bangladesh. Akhirnya dengan uang 1,5 juta kami memberikan pinjaman dalam bentuk kelapa dan beberapa peralatan, dengan setiap warga mendapatkan pinjaman 25 butir kelapa dan satu toples. Pembayaran? terserah mau dibayar kapan saja, mau dibayar dengan cara di angsur silahkan, mau dibayar kapanpun silahkan. Kenyataannya para warga antusias dan hasil yang kami impikan mulai tampak. Bisnis berbasis koperasi warga.

Siapakah Mohammad Yunus? Dialah yang meraih Nobel perdamaian 2006. Memperkenalkan bisnis berbasis sosial, dimana perusahaan besar melibatkan secara langsung masyarakat bisnis sebagai pemasok, pengolah sekaligus pangsa pasar. Dengan membangun konsep kredit tanpa agunan bagi kaum miskin, yang digunakan untuk menjalankan bisnisnya dalam suatu kelompok-kelompok. Targetnya adalah perempuan dan kaum miskin.

Di Indonesia Ternyata juga ada, Masril Koto namanya. Seseorang yang dengan berusaha keras membangun pertanian dari bawah. Keinginan untuk membantu petani miskin untuk lepas dari kemiskinan terwujud dalam bentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis. Yang meminjamkan bagi kaum petani kredit tanpa agunan.

"One day our grandchildren will go to museums to see what poverty was like" (Muhammad Yunus, May 5th 1996, The Independent).

Semoga kemiskinan cepat-cepat dimuseumkan di negriku Indonesia tercinta.

 

Referensi :

http://www.binaswadaya.org/index.php?option=com_content&task=view&id=103&Itemid=37&lang=in_ID

http://donowidiatmoko.wordpress.com/2006/10/13/nobel-untuk-muhammad-yunus-dan-grameen-bank/

http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/09/30/bonsai-people-lanjutan-misi-sosial-muhammad-yunus/

http://kickandy.com/theshow/1/1/1975/read/TAK-ADA-YANG-TAK-BISA/5

http://www.krjogja.com/news/detail/53010/Geliat.Warga.Petanahan.Memanfaatkan.Kelapa.html

http://politik.kompasiana.com/2010/11/04/masril-koto-sosok-pahlawan-petani-indonesia/-12

http://www.voanews.com/indonesian/news/Bangladesh-Pecat-Pemenang-Nobel-Muhammad-Yunus-117285208.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yunus

http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Yunus

2 komentar:

http://online-bingo-history.info mengatakan...

He who has daughters is always a shepherd.

Payday Loans mengatakan...

Greetings! Very useful advice within this post! It's the little changes that will make the greatest changes. Thanks a lot for sharing! payday loans interest rates

Leave a Reply

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))